Jumat, 06 Februari 2009

SECTIO CAESAREA ATAS INDIKASI LETAK SUNGSANG by RAHMADEWI

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah sectio caesarea berasal dari bahasa latin caedere yang artinya memotong. Sedangkan definisi sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina (Rustam M, 1998). Sedangkan Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala berada di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri.
Pada ibu hamil dengan letak janin sungsang ditambah lagi dengan indikasi belum pernah SC, kehamilan sudah cukup bulan dan taksiran berat janin besar maka untuk ibu dianjurkan agar melakukan operasi Seksio Sesarea.
Ditambah lagi dewasa ini, perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran makin berkembang terutama di bidang kandungan, banyak penanganan yang mungkin dapat dilakukan pada ibu yang mengalami kelainan letak anak. Salah satunya yaitu melakukan operasi SC.
Untuk itu, penulis ingin mengangkat kasus ibu hamil dengan kelainan letak anak ini agar dapat digunakan dengan semestinya oleh berbagai pihak.

B. Tujuan
Adapun tujuan penulisan laporan ini adalah
a. Mengetahui tentang pengertian, penyebab, komplikasi serta penatalaksanaan letak sungsang
b. mengetahui langkah langkah serta manajemen dari pasien yang mengalami letak sungsang





BAB II
PEMBAHASAN

A. SECTIO CAESAREA
1. Definisi Sectio Caesarea
Istilah sectio caesarea berasal dari bahasa latin caedere yang artinya memotong. Sedangkan definisi sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina (Rustam M, 1998).
Beberapa macam teknik operasi sectio caesarea adalah :
a. Sectio caesarea abdominalis
1) Sectio caesarea transperitonealis
Sectio caesarea klasik atau korporal dengan incisi memanjang pada korpus uteri dan sectio caesarea ismika atau profunda dengan incisi pada segmen bawah rahim.
2) Sectio caesarea ekstraperitonealis
Yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis, dengan demikian tidak membuka kavum abdominal.
b. Sectio caesarea vaginalis

Operasi ini biasanya dilakukan tim yang melibatkan spesialis kandungan, spesialis anak, spesialis anestesi, dan bidan. Dalam Operasi Caesar, ada tujuh lapisan yang diiris pisau bedah, yaitu lapisan kulit, lapisan lemak, sarung otot, otot perut, lapisan dalam perut, lapisan luar rahim, dan rahim. Setelah bayi dikeluarkan, lapisan itu kemudian dijahit lagi satu persatu, sehingga jahitannya berlapislapis
Anastesi merupakan upaya untuk menghilangkan rasa sakit dan nyeri pada waktu menjalani operasi. Teknik anastesi yang akan dibahas pada kasus sectio caesarea disini yaitu anastesi regional. Pada pembiusan regional, ibu yang menjalani persalinan tetap dalam keadaan sadar sebab yang mati rasa hanyalah saraf-saraf di bagian perut termasuk rahimnya. Pembiusan regional yang digunakan untuk operasi caesarea pada persalinan diantaranya adalah bius epidural, spinal dan kelamin. Jenis pembiusan ini dilakukan dengan memberi obat pemati rasa ke daerah tulang belakang, mengakibatkan sebatas panggul ke bawah mati rasa, tetapi ibu masih sadar selama proses pembedahan berlangsung (Dini Kasdu, 2003).

2. Etiologi Secsio Caesarea
Pada persalinan normal bayi akan keluar melalui vagina, baik dengan alat maupun dengan kekuatan ibu sendiri. Dalam keadaan patologi kemungkinan dilakukan operasi sectio caesarea. Adapun penyebab dilakukan operasi sectio caesarea adalah :
a. Kelainan dalam bentuk janin
1) Bayi terlalu besar
Berat bayi lahir sekitar 4000 gram atau lebih (giant baby), menyebabkan bayii sulit keluar dari jalan lahir.
2) Ancaman gawat janin
Keadaan gawat janin pada tahap persalinan, memungkinkan dokter memutuskan untuk segera melakukan operasi. Apalagi jika ditunjang oleh kondisi ibu yang kurang menguntungkan.
3) Janin abnormal
Janin sakit atau abnormal, misalnya gangguan Rh, kerusakan genetic, dan hidrosephalus (kepala besar karena otak berisi cairan), dapat menyebabkan diputuskannya dilakukan operasi.
4) Bayi kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.
b. Kelainan panggul
Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau panggul patologis dapat menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan. Terjadinya kelainan panggul ini dapat disebabkan oleh terjadinya gangguan pertumbuhan dalam rahim (sejak dalam kandungan), mengalami penyakit tulang (terutama tulang belakang), penyakit polio atau mengalami kecelakaan sehingga terjadi kerusakan atau patah panggul.
c. Faktor hambatan jalan lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas (Dini Kasdu, 2003).

3. Tipe insisi uterus
(1) Insisi pada segmen bawah rahim
• Insisi transversal ( trans peritoneal profunda )
• Insisi vertical ( low vertical incisions )
Insisi yang dilakukan pada segmen bawah rahim, seringkali merupakan operasi yang terpilih, dengan keuntungan :
• Kehilangan darah sedikit
• Lebih mudah diperbaiki
• Jarang menimbulkan ruptur uteri pada kehamilan selanjutnya
• Tidak menyebabkan perlengketan pada omentum
Persiapan insisi :
• Rambut pada abdomen dicukur mulai permukaan mons pubis sampai di atas umbilikus
• Kandung kecing dikosongkan
• Lapangan operasi seluruhnya disikat dengan sabun detergen
• Lapangan operasi diperkecil dengan duk steril
 Insisi abdominal :
Insisi vertical pada linea mediana
 Insisi dimulai sedikit diatas margo superior sampai dekat umbilicus dengan ukuran disesuaikan dengan taksiran berat anak
 Insisi dilakukan sampai tampak fasia M. Rektus anterior
 Jaringan lemak dibebaskan sehingga fasia terlihat minimal 2 cm
 Fasia diperlebar keatas dan kebawah dengan gunting sesuai dengan irisan sebelumnya
 M. rektus abdominalis dan M piramidalis dipsahkan secara tumpul dan tajam sehingga tampak fasia transversalis dan peritoneum
 Fasia dan lemak prepetonialis dipisahkan dengan hati hati
 Peritoneum yang terdapat dibagian atas diklem dengan 2 hemostat dengan jarak 2 cm ke samping
 Peritoneum antara 2 klem ditarik dan dilihat serta diraba apakah ada omentum, usus dan vesika urinaria yang terjepit dan setelah itu baru peritoneum dibuka dengan hati hati.
Insisi pada batas atas rambut pubis ( Modified Planenstiel Incision )
 Insisi melengkug pada setinggi garis atas rambut pubis dan diperlebar sampai batas lateral M. rektus
 Jaringan sub kutan dipisahkan sehingge tampak fasia kira kira 1 cm
 Fasia kemudian diinsisi transfersal sesuia insisi sebelumnya
 Tepi superior dan inferior dipegang dengan klem
 Pembuluh darah antara otot dan fasia diklem, diikat dan dipotong
 M. rektus dipisahkan satu sama lain kemudian dibebaskan dari fasia transversalis dibawahnya serta dari peritonium.
 Peritonium di buka dengan membuat insisi vertikal pada garis tengah.
 Insisi uterus pada seksio sesarea trans peritoneal profunda / SCTPP
 Lapisan peritoneum yang secara khas agak longgar ( lapisan serosa ) diatas margo superior vesika urinaria yang menutupi segmen bawah uterus dijepit pada garis tengah di insisi dengan gunting.
 Guntig diselipkan di antara lapisan serosa dan miometrium di dorong ke arah lateral dari garis tengah dengan sebentar sebentar membuka gunting sebagian.
 Lapisan serosa yang lebarnya 2 cm dipisahkan serta kemudian di insisi
 Setelah dekat ke margo lateral pada tiap tiap sisi insisi diarahkan ke kranial
 Lipatan bawah peritonium diangkat dan vesika urinaria secara hati hati dipisahkan dari miometrium secara tumpul ( pemisahan vesika urinaria ini tidak boleh lebih dari 5 cm dan biasanya kurang dari itu oleh karena pada serviks yang sudah tipis bukan saja SBR yang terpotong tapi juga vagina yang dibawahnya dapat terpotong.
 Vesika urinaria ditarik kebawah simpisis dengan refraktor
 Uterus dibuka pada SBR 2 cm di atas vesika urinaria yang telah dibebaskan.
 Dibuat sayatan transversal sepanjang 2 cm atau separuh jarak antara ke dua margo lateralis. Sayatan dilakukan dengan sangat hati hati sehingga potongannya tidak terlalu dalam dan melukai bayi dibawahnya.
 Insisi diperlebar dengan menggunakan kedua telunjuk kea rah lateral
 Apabila pada insisi terdapat plasenta, plasenta harus dilepas atau diiris.
 Persalinan bayi
1. Bayi dalam presentasi kepala
- refrakor dilepas
- satu tangan operator diselpkan dalam kavum uteri, antara simpisisi dan kepala bayi, angkat kepala bayi dengan jari jari.
- Bahu dilahirkan dengan penekanan pada fundus
- Berikan infus oksitosin sampai uterus berkontraksi dengan baik
- Tali pusat segera diklem dan bayi diberikan pada asisiten
2. Bayi tidak dengan presentasi kepala
Dicari tungkai atau kaki lalu dilakukan ekstraksi kaki
3. Plasenta dilahirkan secara manual dengan pemijatan fundus
 Reparasi uterus
• Setelah plasenta lahir, uteru diangkat melalui lubang inisisi pada dinding abdomen yang ditutpi kain duk
• Inspeksi plasenta, cavum uteri di lihat serta digosok bagian dalamnya dengan kassa steril untuk menghilangkan selaput ketuban, verniks dan gumpalan darah
• Tiap tiap sudut insisi dilihat untuk mencari pembuluh darah yang menjadi sumber perdarahan
• Luka insisi uterus dapat ditutup dengan jahitan kromik kontinue
• Jahitan pertama diletakkan tepat dibelakang slah satu sudut inisisi, tiap jahitan menembus miometrim
• Jahitan bersimpul selanjutnya diteruskan sampai tepat dibelakang sudut insisi yang berlawanan
• Perapatan luka dilakukan dengan satu jahitan
• Jika belum yakin dan perdarahan masih terus berlanjut, maka tempatkan lapisan jahitan sedemikian rupa sehingga tercapai perapatan luka insisi atau dengan jahitan angka delapan

 Penutupan Abdomen
• Jika memakai laparatomi pack, maka diangkat dulu dan isi perut dibersihkan dari sisa darah dan cairan amnion dengan menggunakan suction
• Evaluasi abdomen
• Setelah penghitungan alat alat dengan benar, dinding abdomen ditutup
• Peritoneum ditutup dengan catgut kromik 00 dengan jahitan kontiniu
• M. rektus abdominalis dibiarkan terbuka
• Fasia yang ada diatasnya ditutp dengan jahitan satu satu memakai benang 0
• Subkutis dijahit plain 1/0
• Kulit dijahit dengan silk 3/0
• Luka operasi ditutp dengan kassa steril dan plester
Insisi klasik
Insisi dilakukan pada korpus uteri secara vertical diatas segmen bawah rahim.

4. Komplikasi Seksio Sesarea
1. Pada Ibu
a. Infeksi puerperal
b. Perdarahan jika cabang cabang arteri uterina ikut terbuka, atau karena atonia uteri
c. Komplikasi komplikasi lain seperti luka kandung kencing, embolisme paru paru
d. Pada kehamilan selanjutnya dapat terjadi ruptura uteri
2. Pada anak
Kematian perinatal pasca SC berkisar antara 4 – 7 %

B. LETAK SUNGSANG
1. Defenisi Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala berada di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri.

2. Klasifikasi Letak sungsang
a. Letak bokong ( Frank Breech )
Letak bokong dengan kedua tungkai terangkat ke atas
b. Letak sungsang sempurna ( Complete Breech )
Letak bokong dimana kedua kaki ada di samping bokong ( letak bokong kaki sempurna ( lipat kejang ).
c. Letak sungsang tidak sempurna (Incomplete Breech )
Adalah letak sungsang dimana selain bokong bagian yang terendah juga kaki atau lutut, terdiri dari :
- kedua kaki = letak kaki sempurna
- satu kaki = letak kaki tidak sempurna
- kedua lutut = letak lutut smpurna
- satu lutut = letak lutut tidak sempurna
Posisi bokong ditentukan oleh sakrum, ada 4 posisi :
(1) Left sacrum anterior ( sakrum kiri depan )
(2) Right sacrum anterior ( sacrum kanan depan )
(3) Left sacrum posterior ( sacrum kiri belakang )
(4) Right sacrum posterior ( sacrum kanan belakang )
3. Etiologi letak sungsang
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan di dalam uterus. Pada kehamilan sampai lebih kurang dari 32 minggu, jumlah air ketuban relative lebih banyak, sehingga kemungkinan janin bergerak lebih leluasa. Dengan demikian, janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau lintang. Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban relatif lebih berkurang. Karena bokong dengan dua tungkai yang terlipat lebih besar dari kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada dalam ruang yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat di mengerti mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam presentasi kepala.
Terdapat beberapa factor yang berperan dalam terjadinya letak sungsang diantaranya adalah multiparitas, kehamilan kembar, hidramnion, hidrosephalus, anensefalus, plasenta previa, panggul sempit, prematuritas, kelainan genetic, kelainan bentuk uterus, tumor uterus, implantasi plasenta di daerah fundus.

4. Diagnosis letak sungsang
(1) Palpasi
Kepala teraba di fundus, bagian bawah bokong, dan punggung di kiri atau di kanan.
(2) Auskultasi
DJJ paling jelas terdengar pada tempat yang lebih tinggi dari pusat.
(3) Pemeriksaan dalam
Pada pemeriksaan dalam teraba os sacrum, tuber ischii, anus, kadang kadang kaki.
Bedakan antara :
a. Jika teraba lubang kecil, tulang (-), isap (-), mekonium (+) maka artinya teraba anus
b. Jika mengisap, teraba rahang, teraba lidah artinya teraba mulut
c. Jika teraba tumit, sudut 90’, rata jari jari artinya teraba kaki
d. Jika teraba jari jari panjang, tidak rata, patella (-) artinya teraba tangan siku
e. Jika teraba petella dan poplitea artinya teraba lutut
(4) Pemeriksaan foto Rontgent : bayangan kepala di fundus

5. Prognosis Persalinan Sungsang
Zatuchni dan andros telah membuat suatu indeks prognosis untuk menilai lebih tepat apakah persalinan sungsang dapat dilahirkan pervaginam atau perabdominal, sebagai berikut :
0 1 2
Paritas primi Multi
Umur kehamilan > 39 Minggu 38 Minggu < 37 minggu
Taksiran berat anak >3630 3629 - 3176 < 3176
Pernah letak sungsang Tidak 1X > 2x
Pembukaan serviks < 2 cm 3 cm > 4 cm
station <-3 < -2 -1 atau lbh rendah

Arti nilai :
< 3 : persalinan perabdominal
4 : evaluasi kembali secara cermat, khususnya berat badan janin, bila nilai tetap dapat dilahirkan pervaginam
> 5 : dilahirkan pervaginam

Angka kematian bayi pada persalinan letak sungsang lebih tinggi bila dibandingkan dengan letak kepala. Sebab, kematian perinatal yang terpenting adalah prematuritas dan penanganan persalinan yang kurang sempurna dengan akibat hipoksia atau perdarahan di tengkorak. Sedangkan hipoksia terjadi akibat terjepitnya tali pusat antara kepala dan panggul pada waktu kepala memasuki rongga panggul serta akibat retraksi uterus yang dapat menyebabkan lepasnya plasenta sebelum kepala lahir.











BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Adapun yang dapat penulis simpulkan yaitu :
1. Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina.
2. Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala berada di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri
3. prognosis letak sungsang

0 1 2
Paritas primi Multi
Umur kehamilan > 39 Minggu 38 Minggu < 37 minggu
Taksiran berat anak >3630 3629 - 3176 < 3176
Pernah letak sungsang Tidak 1X > 2x
Pembukaan serviks < 2 cm 3 cm > 4 cm
station <-3 < -2 -1 atau lbh rendah

Arti nilai :
< 3 : persalinan perabdominal
4 : evaluasi kembali secara cermat, khususnya berat badan janin, bila nilai tetap dapat dilahirkan pervaginam
> 5 : dilahirkan pervaginam

B. SARAN
Adapun saran yang dapat diberikan adalah :
1. kepada masyarakat umumnya dan kepada ibu hamil khususnya agar selalu melakukan antenatal secara teratur agar mudah dideteksi kelainan kelainan yang terjadi misalnya saja seperti kelainan letak pada janin agar tidak terlambat dalam pertolongan.
2. kepada tenaga kesehatan agar selalu memberikan pelayanan yang terbaik bagi pasiennya




































DAFTAR PUSTAKA

Ida, Bagus Gde Manuaba. 1998. ”Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan”. Jakarta : EGC.

Mochtar, Rustam. 1998. ” Sinopsis Obstetri”. Jakarta : EGC.

Mansjoer,arif.dkk.2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:Media Aesculapius

Prawirohardjo, Sarwono. 2005. ” Ilmu Kebidanan”. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Tiran, denise. 2006. “Kamus saku bidan”. Jakarta : EGC

www.google.com

Kamis, 05 Februari 2009

abortus

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Abortus atau Keguguran adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Banyak hal yang bisa menyebabkan terjadinya abortus diantaranya yaitu Kelainan ovum, Kelainan genitalia Ibu, Gangguan sirkulasi plasenta, Penyakit penyakit ibu, Perangsangan pada ibu yang menyebabkan uterus berkontraksi, misalnya keterkejutan, Obat obat uterotonika, Ketakutan, atau Penyakit Bapak
Dewasa ini tingkat kebutuhan konsumen yang kian beragam membuat banyak masyarakat terutama ibu ibu hamil tidak peduli dengan kesehatan dia dan bayinya, sehingga sebelum mencapai usia kehamilan cukup bulan, bayi dalan kandungan sudah gugur.
Ditambah lagi dewasa ini, perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran makin berkembang terutama di bidang kandungan, banyak penanganan yang mungkin dapat dilakukan pada ibu yang mengalami abortus. Salah satunya yaitu melakukan curetage.
Untuk itu, penulis ingin mengangkat kasus abortus inkomplete ini agar dapat digunakan dengan semestinya oleh berbagai pihak.

B. Tujuan
Adapun tujuan penulisan laporan ini adalah
1. Mengetahui tentang pengertian, penyebab, komplikasi serta penatalaksanaan abortus incomplete
2. mengetahui langkah langkah serta manajemen dari pasien yang mengalami abortus inkomplete






BAB II
TINJAUAN TEORI

Keguguran adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapaqt hidup di luar kandungan.
Defenisi menurut para ahli :
- Eastmen : Abortos adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum dianggap / sanngup hidup sendiri di luar uterus. Belum sanggup diartikan BB fetus antara 400 – 1000 gr atau usia kehamilan kurang dari 28 mingggu.
- Jeffcoat : Abortus adalah pengeluaran dari hasil konsepsi sebelum usia kehamilan 28 minggu yaitu fetus belum viable by law
- Holmer` : Abortus adalah terputusnya kehamilan sebelum minggu ke 16, dimana proses plasenta belum selesai.

ETIOLOGI
Faktor factor yang menyebabkan :
1) Kelainan ovum
Pada ovum yang abnormal terdapat degenerasi hidati vili. Abortus spontan yang diasebabkan oleh karena kelainana ovum berkurang kemungkinan kalau kehamilan sudah lebih dari 1 bulan, artinya makin muda kehamilan saat terjadinya abortus makin besar kemungkinan disebabkan oleh kelainan ovum.
2) Kelainan genitalia Ibu
- Anomaly congenital
- Kelainan letak dari uterus seperti retrofleksi uteri fiksata
- Tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menanti nidasi dari ovum yang sudah dibuahi, seperti kurangnya progesterone dan estrogen
- Uterus terlalu cepat tegang
- Distorsia uterus
3) Gangguan sirkulasi plasenta
4) Penyakit penyakit ibu
Missal :
• Penyakit infeksi yang menyebabkan demam tinggi seperti pneumonia, tifoid, rubella, kematian fetus ini dapat disebabkan karena toksin dari ibu
• Keracunan Pb, nikotin, gas beracun, alcohol, dll
• Ibu yang asfiksia seperti pada dekompensasi kordis, penyakit jantung berat
• Malnutrisi
5) Antagonis Rhesus
Pada antagonis rhesus, darah ibu yang melalui plasenta merusak darah fetus, sehingga terjadi anemia pada fetus yang berakibat meninggalnya fetus.
6) Terlalu cepatnya korpus luteum menjadi atrofi atau factor serviks yaitu inkompetensi serviks
7) Perangsangan pada ibu yang menyebabkan uterus berkontraksi
- keterkejutan
- Obat obat uterotonika
- Ketakutan
- Laparatomi
- Trauma langsung pada janin missal selaput janin rusak karena instrument, benda dan obat obatan
8) Penyakit Bapak
- umur lanjut
- Penyakit kronis, seperti : TBC, anemia, dekompensasi kordis, malnutrisi, keracunan

PATOLOGI
Pada permulaan terjadi perdarahan dalam desidua basalis, diikuti oleh nekrosis jaringan sekitarnya, kemudian sebagian atau seluruhnya hasil konsepsi terlepas. Karena dianggap benda asing, maka uterus berkontraksi untuk mengeluarkannya. Pada kehamilan dibawah 8 minggu, hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya, karena vili korelais belum menembus desidua terlalu dalam, sedangkan pada kehamilan 8 -14 minggu telah masuk agak ke dala, sehingga sebagian keluar dan sebagian lagi akan tertinggal, karena itu akan banyak terjadi perdarahan.

Klasifikasi abortus :
1. Abortus Spontan
 Abortus yang terjadi dengan tidak didahului factor factor mekanis
Macam macamnya :
a. Abortus Kompletus
 Seluruh hasil konsepsi dikeluarkan sehingga uterus kosong
b. Abortus Inkomplete
 Hanya sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan
c. Abortus insipiens
 Abortus yang sedang berlangsung
d. Abortus iminens
 Keguguran membakat dan akan terjadi
e. Missed Abortion
 Keadaan dimana janin sudah mati, tetapi tetap berada dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebh
f. Abortus Habitualis
 Keguguran berulang
2. Abortus Provokatus
 Abortus yang disengaja
a. Abortus Medisinalis
b. Abortus Kriminalis

ABORTUS INKOMPLETE

 Adalah hanya sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua dan plasenta
Gejala :
- amenorhoe
- sakit perut
- mulas mulas
- perdarahan beku
- sudah ada keluar fetus atau jaringan
- pada VT : serviks terbuka, teraba sisa jaringan, uterus berukuran kecil dari yang seharusnya
terapi :
bila ada tanda tanda syok maka atasi dulu dengan pemberian cairan dan transfusi darah kemudian keluarkan jaringan secepat mungkin dengan meode digital dan kuretase. Setelah itu beri obat antibiotic dan uterotonika.
Komplikasi Abortus :
a. perdarahan
b. Perforasi
c. Infeksi’
d. Payah Ginjal
e. Syok




















BAB III
TINJAUAN KASUS
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL
NY. Y G2P1A0H1 USIA KEHAMILAN 9 - 10 MINGGU DENGAN ABORTUS INKOMPLETE
DI IGD RSUP Dr. M DJAMIL PADA TANGGAL 16 SEPTEMBER 2008

1. PENGUMPULAN DATA
A. IDENTITAS PASIEN
Nama ibu : Ny. Y
Umur : 26 tahun
Suku / kebangsaan : Minang / Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat rumah : jln. Kayu Gadang no. IX Limpato Pariaman

Nama suami : Tn. A
Umur : 28 tahun
Suku / kebangsaan : Minang / Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat rumah : jln. Kayu Gadang no. IX Limpato Pariaman
B. ANAMNESA
Pasien masuk tanggal : 16 September 2008
Pukul : 23.00 WIB
1. Alasan berkunjung : pemeriksaan kehamilan 2 bulan
2. Keluhan utama : keluar darah dari kemaluan
3. Riwayat menstruasi
a. Haid pertama umur : 13 tahun
b. Siklus : 30 hari
c. Banyaknya : 2 x ganti duck
d. Sifat darah : encer
e. Teratur / tidak : teratur
f. Lamanya : 7 hari
g. Dismenorrhoe : tidak ada
4. Riwayat kehamilan ini
a. HPHT :12 juli 2008
b. Taksiran persalinan : 21 april 2009
c. Keluhan pada
1) TMT 1 : mual dan muntah, tapi bukan hiperemisis
2) TMT 2 : -
3) TMT 3 : -
d. Pergerakan anak pertama kali dirasakan : belum dirasakan
e. Berapa kali pergerakan anak dalam 24 jam terakhir dirasakan : belum dirasakan
f. Keluhan yang dirasakan saat ini
1) Rasa 5 L : tidak ada
2) Mual dan muntah berlebihan : tidak ada
3) Nyeri perut : ada
4) Panas menggigil : tidak ada
5) Sakit kepala hebat : tidak ada
6) Penglihatan kabur : tidak ada
7) Rasa nyeri / panas waktu BAK : tidak ada
8) Rasa gatal pada vulva, vagina, dan sekitarnya : tidak ada
9) Nyeri, kemerahan, tegang pada tungkai : tidak ada
10) Oedema ( ditungkai, tibia, muka, dan jari-jari tangan ) : tidak ada
g. Obat-obat yang dikonsumsi : tidak ada
5. Pola makan
Makan sehari-hari
a. Pagi : nasi goreng + susu
b. Siang : nasi 1 piring sedang + ikan 1 potong + sayur ½ mangkok sedang
c. Malam : nasi 1 piring sedang + ikan 1 potong + sayur ½ mangkok sedang + susu

6. Perubahan pola makan yang dialami sekarang : nafsu makan berkurang
7. Pola eliminasi
a. BAK
1) Frekuensi : 5 x sehari
2) Warna : kuning bening
3) Keluhan : tidak ada
b. BAB
1) Frekuensi : 1 x sehari
2) Warna : kuning kecoklatan
3) Konsistensi : lembek
4) Keluhan : tidak ada
8. Aktifitas sehari-hari
a. Pekerjaan : dikerjakan sendiri
b. Seksualitas : tidak masalah
9. Pola istirahat dan tidur
a. Lama istirahat siang : 1 jam
b. Lama istirahat malam : 6-7 jam
10. Iminisasi
11. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu :
No Tgl Usia kehamilan jenis prslnan Tmpt prslnan penolong Komplikasi Jenis
kelamin BB
BP Nifas Menyusui
Ibu Bayi Keadaan Lochea ASI Disapi
1


2 3,5 thn

inis Cukp bulan spontan
BPS
bidan Tdk ada Tdk ada Laki laki 3200/50 baik ada ada ada



12. Kontrasepsi yang pernah digunakan : tidak ada
13. Riwayat penyakit yang diderita
a. Riwayat penyakit
1) Jantung : ada
2) Hipertensi : tidak ada
3) DM : tidak ada
4) Ginjal : tidak ada
5) Asma : tidak ada
6) TBC : tidak ada
7) Epilepsi : tidak ada
8) PMS : tidak ada
b. Riwayat alergi
1) Jenis makanan : tidak ada
2) Jenis obat-obatan : tidak ada
c. Riwayat transfusi darah : tidak ada
d. Riwayat operasi yang diderita : tidak ada
e. Riwayat gangguan jiwa : tidak ada
14. Riwayat penyakit keluarga
a. Riwayat penyakit
1) Jantung : ada
2) Hipertensi : tidak ada
3) DM : tidak ada
4) Ginjal : tidak ada
5) Asma : tidak ada
6) TBC : tidak ada
7) Epilepsi : tidak ada
8) PMS : tidak ada
b. Riwayat keluarga
1) Gamelli : tidak ada
2) Lebih dari 2 : tidak ada
15. Keadaan sosial
a. Perkawinan
1) Status : sah
2) Perkawinan ke : 1
3) Kawin petama tahun : September 2003
4) Setelah kawin berapa lama baru hamil : 3 bulan
b. Kehamilan
1) Direncanakan : ya
2) Diterima : ya
c. Hubungan dengan keluarga : baik
d. Hubungan dengan tetangga / masyarakat : baik
16. Keadaan ekonomi
a. Penghasilan perbulan : 1.500.000,00
b. Penghasilan perkapita : 500.000,00
17. Kegiatan spiritual : shalat dan membaca Al-Quran

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda vital
a. Tekanan darah : 80/60 mmhg
b. Nadi : 78 x/i
c. Suhu : 36,5C
d. Pernafasan : 23 X/I
e. Kesadaran : baik
f. BB sebelum hamil : 50 kg
g. BB sesudah hamil : 52 kg
h. TB : 152 cm
i. Lila : 23 cm

2. Pemeriksaan khusus
a. Inspeksi
1) Kepala
o Rambut : bersih, tidak ada ketombe
o Mata : conjungtiva tidak pucat, sklera mata tidak ikterik
o Mulut : tidak kotor, tidak stomatitis
o Gigi : tidak berlubang, tidak carier
2) Muka : tidak oedema
3) Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, tidak ada pembengkakan kelenje limfe
4) Dada : simetris
5) Mamae : tidak ada benjolan, puting susu menonjol
6) Abomen : tidak ada bekas luka operasi, pembesaran sesuai usia kehamilan
7) Genitalia : tidak dilakukan pemeriksaan
8) Ekstremitas
a) Atas
- Oedema : tidak ada
- Sianosis : tidak ada
- Pergerakan : ada
b) Bawah
- Oedema : tidak ada
- Varices : tidak ada
- Pergerakan : ada

b. Palpasi
Leopold 1 : -
Leopold 2 : -
Leopold 3 : -
Leopold 4 :-
MC donald : -
1) TBBJ : -
c. Auskultasi
1) DJJ : -
2) Frekuensi : -
3) Irama : -
4) Intensitas : -

d. Perkusi
1) Refleks patella kanan : -
2) Refleks patella kiri : -

e. Pengukuran panggul luar
1) Distansia spinarum : Tidak dilakukan
2) Distansia cristarum : Tidak dilakukan
3) Konjugata vera : Tidak dilakukan
4) Lingkar panggul : Tidak dilakukan
D. UJI DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan HB : 9 gr%
2. Protein urine : plano tes +
3. Reduksi : -

Manejemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Ny ”Y” G2P1A0H1 Usia Kehamilan 9 – 10 Minggu
Dengan abortus Di RSUP Dr. M. Djamil Padang 16 September 2008

Pengmpulan Data Interpretasi Data DX
Potensial Tidakan
segera Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi
Pasien datang pada tanggal 16 Seotember 2008
DS :
• Ibu mengatakan ini adalah kehamilan yang kedua
• Ibu mengatakan HPHT pada tanggal 12 juli 2008
• Ibu mengatakan keluar darah dari kemaluan sebesar bola tenis
• Ibu merasakan sakit pada perut


DO :
• Tanda Vital :
TD : 80/60 mmHa
N :78 x
S : 36,5 0C
P : 23 x
• Palpasi
Leopeld I :
II :
III :
Auskultasi
• Perkusi
Reflek patella (+) ka/ki
• Pemeriksaan Labor
Protein uria (-)
HB 9 gr% DX : Ibu hamil G2P1A0H1. Usia kehamilan 9-10 minggu dengan abortus inkomplete.
Dasar :
• Ibu mengatakan
HPHT : 12-07-2007
• Ibu mengatakan ini kehamilan kedua
• Ibu mengatakan keluar darah berbongkah bongkah dan berulang ulang dari vagina

Masalah :
 Ibu mengatakan keluar darah dari kemaluan
 Ibu mengeluh sakit perut



Kebutuhan :
- Informasikan hasil pemeriksaan
- Penjelasan tentang masalah yang dihadapi ibu
- Melakukan pemeriksaan labor
- Pemasangan infus
- Kolaborasi dengan ahli kandungan
- Melakukan curetage
- Memberikan obat obatan






Tidak ada persiapan curetage 1. beritahu Ibu
hasil pemeriksaan






2. jelaskan masalah yang sedang dihadapi ibu












3.Lakukan pemeriksaan Labor




4. pasang infus





5. kolaborasi dengan ahli kandungan




6. curetage



1. Memberitahu ibu
hasil pemeriksaan
bahwa tanda vital dan
inspaksi normal, ku
ibu dan janin baik



2. Menjelaskan pada ibu bahwa masalh yang dihadapi ibu adalah proses dari abortus yaitu keguguran atau keluarnya hasil konsepsi. Abortus inilah yang menyebabkan ibu merasakan nyeri perut dan keluar darah seperti bongkahan

Melakukan pemeriksaan Labor pada ibu



Melakukan pemasangan Infus guna mengganti cairan tubuh ibu yang telah hilang agar tidak terjadi syok nantinya

Mengkolaborasikan dengan ahli kandungan




Melakukan curetage pada ibu untuk mengeluarkan sisa konsepsi yang masih tertinggal di rahim ibu dengan cara memasukkan alat curet ke dalam rahim ibu 1. Ibu terlihat senang engan hasil pemeriksaan

2. Ibu paham dengan penjelaskan yang diberikan









Hasil labor ibu yaitu :
Hb 9 gr % dan plano tes +

Infus telah terpasang




Pasien sudah ditangani oleh ahli kandungan

Pasien sudah dibawa ke ruang operasi untuk dilakukan curetage

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Abortus Inkomplete
 Adalah hanya sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua dan plasenta
terapi :
bila ada tanda tanda syok maka atasi dulu dengan pemberian cairan dan transfusi darah kemudian keluarkan jaringan secepat mungkin dengan meode digital dan kuretase. Setelah itu beri obat antibiotic dan uterotonika.
B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan adalah :
1. kepada masyarakat umumnya dan kepada ibu hamil khususnya agar selalu melakukan antenatal secara teratur agar mudah dideteksi kelainan kelainan yang terjadi misalnya saja seperti perdarahan pervaginam
2. kepada tenaga kesehatan agar selalu memberikan pelayanan yang terbaik bagi pasiennya







DAFTAR PUSTAKA